Ferent Tiara Dewantari
2211416015
109 LEPT
Terima Kasih
Atas Bantuannya
Gempa
bumi di Lombok yang terjadi mulai Juli lalu menjadi kejadian yang menarik
perhatian seluruh masyarakat Indonesia. Semua media massa beradu cepat
mengunggah berita terbaru tentang bencana yang menggemparkan ini. Hasil
pencarian pada google mencatat
sekitar 21.800.000 hasil terkait kata kunci “gempa Lombok”. Bahkan dunia pun
ikut menoleh dan tertuju pada peristiwa memilukan ini.
“Gempa
bumi Lombok Juli 2018 adalah sebuah gempa darat berkekuatan 6,4 Mw yang melanda
Pulau Lombok, Indonesia pada tanggal 29 Juli 2018, pukul 06.47 WITA. Pusat
gempa berada di 47 km timur laut Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat dengan
kedalaman 24 km.” (google)
“The
Indonesian island of Lombok has experienced 30 earthquakes since July 28.” (AFP news agency)
“The Indonesian island of Lombok has been shaken by
two strong earthquakes, after weeks of tremors that have killed hundreds of
people” (bbc.com)
"Jumlah korban jiwa meninggal dunia sebanyak 564 orang
dengan rincian, yaitu Kabupaten Lombok Utara sebanyak 467 orang, Kabupaten
Lombok Barat sebanyak 44 orang, dan Kabupaten Lombok Timur sebanyak 31 orang.
Selain itu, sebanyak 2 korban berada di Kabupaten Lombok Tengah, 9 korban
berada di Kota Mataram, 6 orang di Kabupaten Sumbawa, dan 5 korban di Kabupaten
Sumbawa Barat.” (kompas.com)
Banyaknya
berita dan laporan terbaru yang tersebar membuat bantuan berdatangan baik dalam
bentuk doa, moral, dan materi. Bantuan datang dari dalam dan luar negeri. Dari
dalam negeri, Pemerintah memberikan bantuan dalam bentuk dana guna membangun
kembali rumah para korban yang hancur akibat gempa. Selain itu, komunitas,
yayasan, dan badan swasta juga ikut menghujani Lombok dengan berbagai macam
bantuan. Sisi kepedulian dan kemanusiaan seakan tergugah untuk tidak berdiam
diri saja melihat saudara-saudara di Lombok bersusah payah mengobati duka dan
trauma akan bencana gempa tersebut.
“Sementara itu,
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimoeljono mengatakan,
anggaran Rp 529,6 miliar untuk rekonstruksi Lombok hingga Desember 2018 telah
disiapkan.” (tribunnews.com)
“Aksi Cepat Tanggap
(ACT) sejauh ini telah menyalurkan bantuan sekitar Rp35 miliar kepada korban
gempa bumi di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB). Bantuan yang disalurkan
tersebut dalam berbagai bentuk.”
(sindonews.com)
Salah satu yang
tergugah untuk membantu korban gempa di Lombok adalah kami, mahasiswa jurusan
Bahasa dan Sastra Inggris Universitas Negeri Semarang. Aksi galang dana telah
kami lakukan mulai 20 Agustus sampai 3 September 2018. Kegiatan ini berada di
bawah tanggung jawab Bapak Rohani dan Yayasan Khairul Ummah Amanah. Dalam
pelaksanaannya, setiap rombongan belajar dibagi menjadi beberapa kelompok kecil
yang terdiri atas 3 mahasiswa. Setiap kelompok diberi kebebasan untuk melakukan
aksinya kemanapun selama itu tidak mengganggu dan merugikan pihak tertentu.
Kelompok
penulis terdiri atas Dea Ayu Lestari (Dea), Eka Sadriyati (Eka), dan penulis
sendiri, Ferent Tiara Dewantari (Feren). Kelompok kami melakukan aksi galang
dana sebanyak 3 kali. Ini merupakan aksi galang dana yang pertama bagi penulis.
Kegiatan ini meninggalkan kesan bagi penulis karena banyak cerita saat
melakukannya.
Kegiatan galang
dana yang pertama dilakukan pada saat malam Idul Adha, 21 Agustus lalu. Lokasi
yang kami pilih adalah Simpang Lima. Ternyata ini tidak semudah yang penulis
kira. Banyak orang yang hanya menggelengkan kepala seraya mengatakan “Maaf, mbak” bahkan saat kami belum selesai
memperkenalkan diri. Saat itu, kami membalasnya dengan senyuman dan tidak lupa
mengucapkan terima kasih karena sudah meluangkan beberapa detik untuk melihat
dan mendengarkan kami. Namun, banyak juga manusia baik hati yang menyisihkan
sedikit uang mereka ke dalam kotak yang kami bawa. Kegiatan kala itu menjadi
lebih menyenangkan saat kami bertemu dengan beberapa remaja pria yang
berkerumun tidak jauh dari tempat kami berdiri. Kami menghampiri mereka,
bertanya apakah mereka ingin berdonasi juga. Setelah beberapa dari mereka
bersedia menyisihkan uangnya, kami beranjak pergi. Tidak lama, salah satu dari
mereka memanggil kami yang sudah berjalan menjauh, “Mbak, mau dibantu, nggak?”.
Awalnya kami mengira itu sebuah lelucon atau itu adalah trik baru yang dilakukan
para remaja pria untuk menggoda kami, para wanita. Saat itu, dua rekan penulis
tidak mengindahkan pertanyaan itu dan hanya terdiam. Namun, penulis merasakan
bahwa itu bukan sekadar celetukan dan menjawabnya, “beneran nih?”. Selanjutnya, kami menghampiri mereka dan satu detik
kemudian kami mulai berpencar bersama remaja pria yang kemudian diketahui
berasal dari sekolah pelayaran Magelang dan sedang melakukan ‘diklat’ di
Ibukota Jawa Tengah ini. Sangat senang rasanya ketika ada yang membantu kami melakukan
aksi galang dana malam itu. Setelah kurang lebih 2 jam, kami memutuskan untuk
menyudahi aksi malam itu dan berpisah dengan teman-teman dari Magelang.
Kegiatan kedua dilakukan
oleh dua rekan penulis yang melaksanakan salat Idul Adha di Masjid Agung Jawa
Tengah keesokan harinya. Sangat disayangkan, kotak yang dibawa saat itu
menghilang entah kemana. Walaupun sedih, kami mengikhlaskannya dan mulai
merencanakan kegiatan selanjutnya.
Kegiatan ketiga
kami lakukan saat Car Free Day di
Simpang Lima. Saat itu, kami kembali bertemu dengan teman-teman dari Magelang
yang sebelumnya sudah bersedia untuk membantu menggalang dana kembali. Kami
merasa sangat bahagia karena bisa menggugah rasa kepedulian manusia lain
melalui kegiatan ini. Melihat semangat mereka saat berjalan mengelilingi lokasi
CFD membuat kami semakin mengerti bahwa masih banyak orang baik di dunia ini.
Setelah selesai
melakukan aksi galang dana, waktunya kami dan kelompok kecil lainnya
menyerahkan hasil donasi kepada Bapak Rohani selaku perwakilan Yayasan KUA.
Dana yang telah dikumpulkan oleh Sahabat KUA dan mahasiswa Jurusan Bahasa dan
Sastra Inggris UNNES adalah Rp 127.304.794 dengan rincian Rp 52.121.000 dari
Sahabat KUA dan Rp 75.183.794 dari mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris
UNNES. Dana ini selanjutnya disalurkan melalui Pondok Pesantren Penghafal
Al-Qur’an (PPPA) Daarul Qur’an di Tangerang yang bertindak selaku pelaksana
pembangunan hunian semi permanen untuk korban gempa di Desa Melempu, Obel Obel,
Kecamatan Sambelie, Kabupaten Lombok Timur, NTB.
Beberapa teman
penulis membagikan pengalaman tidak terlupakan saat melakukan aksi galang dana
tersebut. Sebagian menceritakan pengalaman sedih mereka saat tidak dditerima
keberadaannya dan sebagian lain menceritakan pengalaman menyenangkan ketika ada
yang berbaik hati membantu dengan menyisihkan lebih banyak uang.
Akhir kata,
penulis sangat berterima kasih kepada semua yang telah terlibat dalam aksi ini
dan penulis ingin mengajak semua yang membaca tulisan ini agar bergerak membantu
siapapun di sekitar kalian. Seberapapun yang dapat kalian beri dan lakukan,
bantulah karena nanti kalian akan tahu betapa bahagianya saat melihat penerima
bantuan tersebut tersenyum dan mengucapkan “terima kasih telah membantu saya”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar