Kamis, 06 Desember 2018

Misi Kemanusiaan untuk Lombok: Terima Kasih Atas Bantuannya



Ferent Tiara Dewantari
2211416015
109 LEPT
Terima Kasih Atas Bantuannya
Gempa bumi di Lombok yang terjadi mulai Juli lalu menjadi kejadian yang menarik perhatian seluruh masyarakat Indonesia. Semua media massa beradu cepat mengunggah berita terbaru tentang bencana yang menggemparkan ini. Hasil pencarian pada google mencatat sekitar 21.800.000 hasil terkait kata kunci “gempa Lombok”. Bahkan dunia pun ikut menoleh dan tertuju pada peristiwa memilukan ini.
“Gempa bumi Lombok Juli 2018 adalah sebuah gempa darat berkekuatan 6,4 Mw yang melanda Pulau Lombok, Indonesia pada tanggal 29 Juli 2018, pukul 06.47 WITA. Pusat gempa berada di 47 km timur laut Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat dengan kedalaman 24 km.” (google)
“The Indonesian island of Lombok has experienced 30 earthquakes since July 28.” (AFP news agency)
“The Indonesian island of Lombok has been shaken by two strong earthquakes, after weeks of tremors that have killed hundreds of people” (bbc.com)
"Jumlah korban jiwa meninggal dunia sebanyak 564 orang dengan rincian, yaitu Kabupaten Lombok Utara sebanyak 467 orang, Kabupaten Lombok Barat sebanyak 44 orang, dan Kabupaten Lombok Timur sebanyak 31 orang. Selain itu, sebanyak 2 korban berada di Kabupaten Lombok Tengah, 9 korban berada di Kota Mataram, 6 orang di Kabupaten Sumbawa, dan 5 korban di Kabupaten Sumbawa Barat.” (kompas.com)
            Banyaknya berita dan laporan terbaru yang tersebar membuat bantuan berdatangan baik dalam bentuk doa, moral, dan materi. Bantuan datang dari dalam dan luar negeri. Dari dalam negeri, Pemerintah memberikan bantuan dalam bentuk dana guna membangun kembali rumah para korban yang hancur akibat gempa. Selain itu, komunitas, yayasan, dan badan swasta juga ikut menghujani Lombok dengan berbagai macam bantuan. Sisi kepedulian dan kemanusiaan seakan tergugah untuk tidak berdiam diri saja melihat saudara-saudara di Lombok bersusah payah mengobati duka dan trauma akan bencana gempa tersebut.
“Sementara itu, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimoeljono mengatakan, anggaran Rp 529,6 miliar untuk rekonstruksi Lombok hingga Desember 2018 telah disiapkan.” (tribunnews.com)
“Aksi Cepat Tanggap (ACT) sejauh ini telah menyalurkan bantuan sekitar Rp35 miliar kepada korban gempa bumi di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB). Bantuan yang disalurkan tersebut dalam berbagai bentuk.” (sindonews.com)
            Salah satu yang tergugah untuk membantu korban gempa di Lombok adalah kami, mahasiswa jurusan Bahasa dan Sastra Inggris Universitas Negeri Semarang. Aksi galang dana telah kami lakukan mulai 20 Agustus sampai 3 September 2018. Kegiatan ini berada di bawah tanggung jawab Bapak Rohani dan Yayasan Khairul Ummah Amanah. Dalam pelaksanaannya, setiap rombongan belajar dibagi menjadi beberapa kelompok kecil yang terdiri atas 3 mahasiswa. Setiap kelompok diberi kebebasan untuk melakukan aksinya kemanapun selama itu tidak mengganggu dan merugikan pihak tertentu.
            Kelompok penulis terdiri atas Dea Ayu Lestari (Dea), Eka Sadriyati (Eka), dan penulis sendiri, Ferent Tiara Dewantari (Feren). Kelompok kami melakukan aksi galang dana sebanyak 3 kali. Ini merupakan aksi galang dana yang pertama bagi penulis. Kegiatan ini meninggalkan kesan bagi penulis karena banyak cerita saat melakukannya.
            Kegiatan galang dana yang pertama dilakukan pada saat malam Idul Adha, 21 Agustus lalu. Lokasi yang kami pilih adalah Simpang Lima. Ternyata ini tidak semudah yang penulis kira. Banyak orang yang hanya menggelengkan kepala seraya mengatakan “Maaf, mbak” bahkan saat kami belum selesai memperkenalkan diri. Saat itu, kami membalasnya dengan senyuman dan tidak lupa mengucapkan terima kasih karena sudah meluangkan beberapa detik untuk melihat dan mendengarkan kami. Namun, banyak juga manusia baik hati yang menyisihkan sedikit uang mereka ke dalam kotak yang kami bawa. Kegiatan kala itu menjadi lebih menyenangkan saat kami bertemu dengan beberapa remaja pria yang berkerumun tidak jauh dari tempat kami berdiri. Kami menghampiri mereka, bertanya apakah mereka ingin berdonasi juga. Setelah beberapa dari mereka bersedia menyisihkan uangnya, kami beranjak pergi. Tidak lama, salah satu dari mereka memanggil kami yang sudah berjalan menjauh, “Mbak, mau dibantu, nggak?”. Awalnya kami mengira itu sebuah lelucon atau itu adalah trik baru yang dilakukan para remaja pria untuk menggoda kami, para wanita. Saat itu, dua rekan penulis tidak mengindahkan pertanyaan itu dan hanya terdiam. Namun, penulis merasakan bahwa itu bukan sekadar celetukan dan menjawabnya, “beneran nih?”. Selanjutnya, kami menghampiri mereka dan satu detik kemudian kami mulai berpencar bersama remaja pria yang kemudian diketahui berasal dari sekolah pelayaran Magelang dan sedang melakukan ‘diklat’ di Ibukota Jawa Tengah ini. Sangat senang rasanya ketika ada yang membantu kami melakukan aksi galang dana malam itu. Setelah kurang lebih 2 jam, kami memutuskan untuk menyudahi aksi malam itu dan berpisah dengan teman-teman dari Magelang.
            Kegiatan kedua dilakukan oleh dua rekan penulis yang melaksanakan salat Idul Adha di Masjid Agung Jawa Tengah keesokan harinya. Sangat disayangkan, kotak yang dibawa saat itu menghilang entah kemana. Walaupun sedih, kami mengikhlaskannya dan mulai merencanakan kegiatan selanjutnya.
            Kegiatan ketiga kami lakukan saat Car Free Day di Simpang Lima. Saat itu, kami kembali bertemu dengan teman-teman dari Magelang yang sebelumnya sudah bersedia untuk membantu menggalang dana kembali. Kami merasa sangat bahagia karena bisa menggugah rasa kepedulian manusia lain melalui kegiatan ini. Melihat semangat mereka saat berjalan mengelilingi lokasi CFD membuat kami semakin mengerti bahwa masih banyak orang baik di dunia ini.
            Setelah selesai melakukan aksi galang dana, waktunya kami dan kelompok kecil lainnya menyerahkan hasil donasi kepada Bapak Rohani selaku perwakilan Yayasan KUA. Dana yang telah dikumpulkan oleh Sahabat KUA dan mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris UNNES adalah Rp 127.304.794 dengan rincian Rp 52.121.000 dari Sahabat KUA dan Rp 75.183.794 dari mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris UNNES. Dana ini selanjutnya disalurkan melalui Pondok Pesantren Penghafal Al-Qur’an (PPPA) Daarul Qur’an di Tangerang yang bertindak selaku pelaksana pembangunan hunian semi permanen untuk korban gempa di Desa Melempu, Obel Obel, Kecamatan Sambelie, Kabupaten Lombok Timur, NTB.
            Beberapa teman penulis membagikan pengalaman tidak terlupakan saat melakukan aksi galang dana tersebut. Sebagian menceritakan pengalaman sedih mereka saat tidak dditerima keberadaannya dan sebagian lain menceritakan pengalaman menyenangkan ketika ada yang berbaik hati membantu dengan menyisihkan lebih banyak uang.
            Akhir kata, penulis sangat berterima kasih kepada semua yang telah terlibat dalam aksi ini dan penulis ingin mengajak semua yang membaca tulisan ini agar bergerak membantu siapapun di sekitar kalian. Seberapapun yang dapat kalian beri dan lakukan, bantulah karena nanti kalian akan tahu betapa bahagianya saat melihat penerima bantuan tersebut tersenyum dan mengucapkan “terima kasih telah membantu saya”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar